Tanah Gersang
Minggu, 09 Desember 2012
0
komentar
Kita
berkelakar dalam kelebat bayang yang tak tampak,
lalu terkecoh pada duka lara dan
amarah yang rumit
Sedang pikiran menghantui ruhruh
dari bumi yang mati
Kita buka lembaranlembaran kertas
tahun lalu
Segala paradigma melelehkan
helaihelai makna
Melupa mata air kearifan dan
hakikat rasa
Kemana perginya angin ?
Lalu di tepi rasamu yang sunyi
Kita eja baitbait puisi
yang memanusiakan manusia
merenungi barisbaris doa dengan
energi tanpa batas
dan memimpikan oase di tengah
panas membakar
Ketidakseimbangan itu berakhir
bumerang
Karena jiwajiwa di rundung cemas
yang usang
Atas cintacinta yang akan pergi
menghilang
Bukankah kita bagian dari tanah
gersang ?
Tetapi sesaat kemudian memusuhi
maut yang siap menghadang
0 komentar:
Posting Komentar